LANDASAN PEDAGOGIS BIMBINGAN DAN KONSELING
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setelah memahami pengertian bimbingan dan
konseling pada materi sebelumnya, kami dalam makalah ini akan menguraikan
berbagai hal yang menjadi landasan pelayanan bimbingan dan konseling. Landasan
tersebut meliputi landasan, pedagogis yang akan kami jelaskan.
Uraian tentang landasan salah satu bagian dari pendidikan yang amat penting dalam upaya untuk
memeberikan bantuan (pemecahan masalah) motivasi agar peserta didik dapat
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan landasan bimbingan
dan konseling ?
2. Apa yang
dimaksud dengan pengertian landasan pedagogis?
3. Bagaimana layanan pedagogis dalam bimbingan dan
konseling?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan bimbingan
dan konseling
2. Untuk mengetahui pengertian landasan
pedagogis
3. Untuk mengetahui landasan pedagogis dalam bimbingan
dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Landasan Bimbingan dan
Konseling
Landasan dalam
bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan
yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan
kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan pendidikan secara
umum.
Landasan dalam
bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama
dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan,
untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan
tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka
bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan
bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang
kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling
itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya
(klien). Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999), ada beberapa landasan
bimbingan dan konseling, yaitu Landasan filosofis, landasan religius, landasan
psikologi, landasan sosial budaya, landasan ilmiah dan teknologi, serta
landasan pedagogis.
B.
Pengertian Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis adalah salah satu bagian dari pendidikan yang amat
penting dalam upaya untuk memeberikan bantuan (pemecahan masalah) motivasi agar
peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Menurut Uyoh Saduloh (2010: 1),
” landasan pedagogik ilmu yang membahas pendidikan yaitu ilmu pendidikan anak.
Jadi, mencoba menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak. Pedagogik
merupakan teori pendidikan anak.
Menurut Darji Darmodiharjo (sadullah, 2010:2). ” ialah menunjukan usaha
yang lebih ditunjukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat,
kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan, dan lainnya. Guru seharusnya mengayomi
siswa dengan memberikan contoh teladan.
C.
Layanan Landasan Pedagogis
Bimbingan dan
konseling itu identik dengan pendidikan. Artinya ketika seseorang melakukan
praktik bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik., dan begitupula
sebaliknya. Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang
universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992)
Landasan
pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu:
1. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan
bentuk upaya pendidikan
Pendidikan adalah upaya memanusiakan
manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan
tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang
telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya,
kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat (1) ditegaskan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Tujuan bimbingan dan konseling tidak
boleh menyimpang dengan tujuan pendidikan nasional, yakni yang terdapat dalam
Undang-Undang No. 20/2003 juga, disebutkan bahwa :
Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Integrasi bimbingan dan konseling
dengan pendidikan juga tampak dari dimasukkannya secara berkesinambungan
berbagai program pelayanan bimbingan dan konseling ke dalam program-program
sekolah dan madrasah.
2. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu:
Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan
Indikator utama
yang menandai adanya pendidikan ialah peserta didik yang terlibat di dalamnya
menjalani proses belajar dan kegiatan bimbingan konseling bersifat
normatif.
Bimbingan dan
konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya.
Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling
secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan
Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar, belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri
sendiri, belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara efektif berbagai
pemahaman.. (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa
dalam konseling klien mempelajari ketrampilan dalam pengambilan keputusan.
Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap baru . Dengan
belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya; dengan
memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.
3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan
konseling
Bimbingan dan
konseling mempunyai tujuan khusus ( jangka pendek ) dan tujuan umum ( jangka
panjang ). Mengutip pendapat Crow and Crow, Prayitno dan Erman Amti menyatakan
bahwa tujuan khusus dalam pelayanan bimbingan dan konseling ialah membantu
individu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sedangkan tujuan umumnya
ialah bimbingan itu sendiri.
Tujuan
Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga
menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena
program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan
individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier,
Kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk
peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan
menengah (Borders dan Drury, 1992). Hasil-hasil bimbingan dan konseling pada
kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan pada umumnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakikatnya
merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya
oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan
konseling.
Landasan pedagogis adalah salah
satu bagian dari pendidikan yang amat penting dalam upaya untuk memeberikan
bantuan (pemecahan masalah) motivasi agar peserta didik dapat mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Landasan pedagogis dalam layanan
bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu pendidikan sebagai upaya pengembangan individu
(bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan), pendidikan sebagai upaya pengembangan
Individu (bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan), pendidikan lebih lanjut
sebagai inti tujuan (bimbingan tujuan dan konseling).
B.
Saran
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan
tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga
menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian
penguasaan kompetensinya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam
mengembangkan proses pembelajaran siswa. Guru di masa mendatang tidak lagi
menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai
informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan
manusia di jagat raya ini.
Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang
lebih pandai di tengah-tengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan
pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara
profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari
siswa, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas
tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru
harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus
menerus.
Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian
guna mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga
dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran
yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan
kreativitas para siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang
mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari
tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedang berlangsung.
Demikian,semoga bermanfaat ;D
DAFTAR PUSTAKA
W.S, Winkel, 1991, Bimbingan
dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : PT Grasindo.
Yusuf, Syamsu dan Nurishan, A.
Juntika, 2006, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung : Remaja
Rosdakarya
Fauzi,imron.
2008. Pelayanan bimbingan dan konseling. Diakses pada tanggal 28 Maret
2017 Pk 11:43.
Bongga.pengertian
landasan Diapedagogis dan lain lain.
Diakses pada tanggal 28 Maret 2017 Pk 11:53
nurazizah,yunia. landasan pedagogis bimbingan dan konseling. Diakses
pada tanggal 28 Maret 2017 Pk 12:38.
Susanto,diana. Diakses pada tanggal 28 Maret 2017 Pk. 12:41. http://dianasusanto.blogspot.co.id/2013/12/makalah-landasan-dan-bimbingan-konseling.htm/